SINERGI
PEMANGKU KEPENTINGAN ADALAH KUNCI KEBERHASILAN SEKOLAH
Setiap
organisasi atau lembaga senantiasa memiliki visi misi masing-masing. Sebagai
sebuah lembaga pendidikan, setiap sekolah juga hendaknya memiliki visi-misi
tersebut. Begitu banyak sekolah mulai berburu cara, bagaimana mempunyai
visi-misi. Ada sekolah yang membuatnya dengan serius, dan menggarapnya dengan
seksama, sebagian lagi sekedar memenuhi tuntutan formalitas, sekedar ada
tulisan visi-misi di dalam dokumen pada saat akreditasi sekolah. Beberapa
sekolah hanya melakukan copy-paste
dari contoh yang diberikan pemerintah atau sekolah lain. Tentu amat di
sayangkan, apabila proses yang di sebut belakangan ini justru terjadi dalam
lembaga pendidikan. Kegagalan sekolah dalam memandang visi-misi sekolah
acapkali dikarenakan oleh pemahaman yang keliru tentang hal itu. Kekeliruan itu
antara lain : visi sekolah acapkali dianggap jimat, aji-aji, atau benda pusaka.
Ia diletakan di tempat yang tinggi namun tidak pernah menyentuh kehidupan praktis
di sekolah. Memiliki visi yang baik, luhur, dan religius seolah dengan
sendirinya akan menyelesaikan semua persoalan yang dihadapi oleh sekolah
tersebut. Visi sekolah tidak pernah diinternalisasikan dan diaktualisasikan
dalam sebuah lapisan organisasi sekolah tersebut. Kehidupan sekolah hanya sibuk
dalam lapisan bawang yang sifatnya praktis, misalnya operasional dan
organisasional semata. Kebijakan sekolah hanya sifatnya responsive dan reaktif
saja. Sekolah yang sehat harus mendasarkan dan mengembalikan setiap aktifitas
yang dilakukannya kepada lapisan sebelumnya. Misalnya kebijakan sekolah harus
sejalan dengan tujuan sekolah, program-program sekolah harus konsisten dengan
kebijakan dan tujuan sekolah, demikian seterusnya. Visi sekolah bukan melulu tanggungjawab
pimpinan sekolah saja. Seluruh elemen sekolah, segenap pimpinan dan guru-guru
karyawan di sekolah bertanggungjawab secara penuh menghidupi keberlangsungan
visi itu dalam praktek pembelajaran dan pengajaran bersama siswa di sekolah.
Visi itu, agar senantiasa hidup dan memberi energy, harus terus direfleksikan
dalam setiap praktek pembelajaran di kelas, dalam setiap perjumpaan guru-murid,
administrator sekolah-guru, serta kepala sekolah-guru, guru-orang tua murid,
dan seterusnya. Visi merupakan potret atau gambaran yang ingin di capai
organisasi tersebut pada masa mendatang. Gambaran itu bersifat ideal. Ia
laksana sebuah impian. Ia menjadi kompas bagi sekolah tersebut. Ia menjadi
inspirasi yang menggerakkan seluruh roda organisasi. Visi sekolah terkesan bersifat pasif, sebaliknya misi sekolah
lebih bersifat aktif dalam pernyataannya, dengan memperhatikan unsur perilaku,
kebiasaan dan karakter sekolah yang bersangkutan. Visi harus bersifat imaginable. Ia harus mampu memberikan
gambaran atau potret atas masa depan yang akan mereka raih. Visi harus bersifat
desirable dan inspirable. Ia juga
merangsang dan memberikan daya tarik (untuk mencapainya) kepada setiap pemangku
kepentingan organisasi itu. Visi bersifat feasible.
Di mana meski merupakan sebuah impian, bersifat realistic, dan memberikan
peluang mencapainya. Visi mempunyai focused
yang jelas. Ia memberikan panduan yang cukup jelas dalam pengambilan keputusan
dalam organisasi tersebut. Visi juga mesti bersifat flexible. Ia adalah kompas bagi organisasi. Ia tidak boleh menjadi
spesifik, sehingga tidak memungkinkan terakomodasinya peran individual dan
tidak mampu menjembatani perubahan kondisi masyarakat sekelilingnya. Visi
bersifat communicable. Artinya visi
itu cukup sederhana, tidak terlalu panjang, dan mudah diingat, sehingga mudah
dikomunikasikan dan dijelaskan kepada segenap pemangku kepentingan lembaga
tersebut.
Pemangku
kepentingan di sini adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
kepentingan akan keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan (Center
For Public Mental Health, 2017). Ada 2 jenis pemangku kepentingan, yaitu
pemangku kepentingan internal dan pemangku kepentingan eksternal. Pemangku
kepentingan internal terdiri dari pihak-pihak yang secara langsung bekerja dalam
sistem sekolah setiap harinya, yang terdiri dari warga sekolah, komite sekolah,
dinas pendidikan, dan orang tua/wali siswa. Sementara pemangku kepentingan
eksternal terdiri dari pihak-pihak yang terlibat secara tidak langsung dalam
proses pembelajaran di sekolah (siswa) tetapi memiliki ketertarikan yang kuat
pada luaran yang dihasilkan sekolah. Adapun peranan dan keterkaitan dari masing-masing unsur dan komponen pemangku kebijakan bisa di lihat pada tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Peran dan Keterkaitan Masing-Masing Unsur dan Komponen Pemangku Kepentingan
Semua pemangku kepentingan sekolah harus
bersinergi guna mewujudkan visi sekolah. Peran pimpinan sekolah adalah
memfasilitasi terselenggaranya suasana pembelajaran yang memperhatikan dan
menghargai kemanusiaan setiap individu di dalam komunitas sekolah itu,
sementara tugas tanggungjawab guru dan para siswa adalah membuat visi
sekolahnya itu menjadi nyata. Adapun pentingnya kita mengetahui pemetaan pemangku kebijakan dapat di lihat pada tabel 1.2 berikut.Tabel 1.2 Pentingnya Mengetahui Pemetaan Pemangku Kepentingan
Berikut di sajikan matriks pemetaan kekuatan dari pemangku kepentingan di sekolah yang akan di sajikan pada tabel 1.3 berikut.
Tabel 1.3 Matriks Prioritas Pemetaan Kekuatan Dari Pemangku Kepentingan Sekolah
Akhirnya,
bagaimana situasi sekolah-sekolah kita? Sejauhmana visi telah menggerakkan
praktek pembelajaran dan pengajaran sekolah kita? Ataukah justu, sekolah telah
jatuh dan terjebak dalam tataran rutinitas dan praktek semata, tanpa tahu mau
dibawa kemana arah sekolah kita. Tanpa sebuah visi, sekolah akan kehilangan
sebuah arah dalam praktek persekolahannya.
👍🙏🏻
BalasHapus