BUDAYA SEKOLAH
KONEKSI
ANTAR MATERI
BUDAYA
SEKOLAH
Budaya
sekolah dimaknai dengan tradisi sekolah yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan spirit dan nilai-nilai yang dianut di sekolah. Artinya, budaya sekolah
ini berisi kebiasaan-kebiasan yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam
waktu yang lama. Jika kebiasan positif ini sudah membudaya, maka nilai-nilai
karakter yang diharapkan akan terbentuk. Budaya adalah produk yang dibentuk
dalam waktu yang lama. Sebab itu, perlu ada konsistensi dalam menjaganya. Semua
pihak harus konsisten menjalankan budaya yang telah dibangun sejak awal. Salah
satu dua kali mungkin masih dimaklumi, tetapi berkali kali lalai atau salah,
karakter yang diharapkan bakal urung terwujud. Oleh karena itu, mari ciptakan
budaya positif dilingkungan sekolah agar terbentuk dan tertanam nilai-nailai
karakter sebagaimana yang diharapkan oleh semua pihak. Budaya
sekolah yang baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik kepala sekolah, guru,
siswa, karyawan maupun pengguna sekolah lainnya. Situasi tersebut akan terwujud
manakala kualifikasi budaya tersebut bersifat sehat, solid, kuat, positif, dan
professional. Dengan demikian suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan
belajar, semangat terus maju, dorongan untuk bekerja keras dan belajar mengajar
dapat diciptakan. Budaya sekolah yang baik akan secara efektif menghasilkan
kinerja yang terbaik pada setiap individu, kelompok kerja/ unit dan sekolah
sebagai satu institusi, dan hubungan sinergis antara tiga tingkatan tersebut.
Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah dan mutu
kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif, positif dan
profesional. Budaya sekolah sehat memberikan peluang sekolah dan warga sekolah
berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, energik, penuh vitalitas,
memiliki semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang. Oleh karena itu, budaya
sekolah ini perlu dikembangkan.
Mengapa
Budaya penting dalam dunia pendidikan. Budaya itu dijadikan sebagai salah satu
cara agar hidup itu berkembang, jika tanpa adanya budaya maka tidak akan bisa
berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Apakah bisa pendidikan itu
berkembang tanpa adanya budaya? Begitupun sebaliknya budaya bisa berkembang
tanpa didasari dengan pendidikan?. Perlu diketahui bahwa Budaya berkembang
melalui proses pendidikan yang tidak lepas dari peserta didik, lingkungan
sosial, dan budaya masyarakat. Dalam pendidikan, budaya sangat penting karena
dapat mendukung pembelajaran siswa, dengan adanya budaya dalam pendidikan, potensi peserta didik semakin
berkembang. Seni dan budaya dalam pendidikan bisa mengembangkan potensi anak
didik agar tidak hanya cerdas secara intelektual akan tetapi juga mempunyai
akhlak dan moral yang baik. Dalam kurikulum pendidikan didalamnya terdapat
pelajaran tentang keterampilan dan sikap, maka nilai kebudayaan harus ada
didalam pendidikan. Kemudian sikap mempunyai nilai utama pada peserta didik
yang bertujuan agar mereka dapat bersikap baik dilingkungan masyarakat. Tentu
antara pendidikan dan budaya tidak bisa dipisahkan, budaya dengan pendidikan
saling berkaitan. Budaya sangat mendukung dalam dunia pendidikan, pendidikan
tanpa adanya budaya maka sikap, moral, keterampilan pada peserta didik tidak
akan bisa diterapkan dalam kehidupan sosial. Pendidikan juga tidak dapat dan
tidak boleh dipisahkan dari kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses
pembudayaan, dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan.
Sementara menurut Ki Hajar Dewantara
pendidikan di artikan sebagai daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti
( kekuatan batin, karakter ), pikiran ( intelektual ) dan tubuh ( fisik ) anak.
Ketiga hal tersebut, yaitu tumbuhnya budi pekerti, intelektual dan fisik anak
tidak dapat dipisah-pisahkan agar supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup,
yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak yang selaras dengan dunianya Dalam
pandangannya yang lain Ki Hajar Dewantara memberikan pengertian tentang maksud
dan tujuan pendidikan sebagai berikut bahwa pendidikan adalah tuntunan di dalam
tumbuhnya anak-anak yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan
adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak, berarti bahwa hidup tumbuhnya
anak-anak itu berada di luar kemampuan dan kehendak pendidik. Anak-anak sebagai
makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup akan hidup dan tumbuh menurut
kodratnya sendiri. Kodrat yang ada pada anak tiada lain adalah segala kekuatan
di dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak. Jadi yang ada adalah
kekuasaan kodrat. Para pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya
kekuatan-kekuatan kodrat tersebut agar dapat memperbaiki lakunya. Dengan
demikian tujuan pendidikan sebenarnya bukan semata penguasaan pengetahuan,
keterampilan teknikal saja, karena ini sekedar alat, atau perkakas. Tetapi tujuan
pendidikan adalah bertumpu pada anak itu sendiri yang dapat berkembang mencapai
sempurnanya hidup manusia, sehingga bisa memenuhi segala bentuk keperluan hidup
lahir dan batin. Ibarat suatu tanaman tujuan yang akan dicapai adalah bunganya,
yang kelak akan menghasilkan buah. Demikian pula dalam pendidikan, bahwa
buahnya pendidikan adalah matangnya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan
penghidupan yang sempurna dan memberikan manfaat bagi orang lain dan
lingkungannya.
Perubahan budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu. Perilaku individu siswa sangat terkait dengan prilaku pemimpin sekolah. Dalam hal ini bisa perilaku kepala sekolah dan terutama guru, bagaimana mereka memperlakukan para siswa. Adapun peran dari guru penggerak untuk menciptakan budaya positif sekolah dan menjadi visi sekolah mencakup antara lain : a)Bagaimana guru penggerak memberikan perhatian dan menangani masalah yang dihadapi siswa, b) Bagaimana guru penggerak menanggapi masalah penting yang terjadi di sekolah, terutama yang menyangkut kepentingan siswa, c) Bagaimana guru penggerak mengalokasikan sumber yang ada, terutama dalam memberI kesempatan untuk berkomunikasi secara mudah, d) Bagaimana para guru penggerak memberikan contoh atau tauladan terhadap para siswanya, karena umumnya siswa lebih banyak memperhatikan apa yang dilakukan para guru dari pada mendengarkan apa yang dikatakan guru, dan e) Bagaimana guru penggerak memberi rewards dan punishment atas prestasi dan perilaku siswanya.
Komentar
Posting Komentar