KELASKU BERKELAS
KELASKU BERKELAS
Dahulu ketika saya mengajar di kelas yang saya ampu, kuasa penuh terhadap kelas itu adalah di tangan Guru. itulah pemikiran kerdil saya memandang kelas tempat saya mencurahkan pembelajaran untuk murid murid saya. Dahulu setiap peraturan di kelas dibuat oleh guru mengajarpun dengan gaya dari masing masing guru itu sendiri. Kesenangan guru, dan cara pandang guru menjadi tolok ukur di keberadaan kelas saya. Ketika itu tidak ada murid saya berani protes karena protes berarti menentang guru yang artinya pula akan menentang peraturan di kelas itu. Saya merasa hebat karena kata kata saya mampu dilakukan oleh murid murid saya, saya merasa hebat ketika murid saya mampu mengerjakan tugas serta melakukan proses pembelajaran seperti apa yang saya inginkan.
Sampai akhirnya saya ikut Program CGP (Calon Guru Penggerak) yang saya ikuti berdasar kemauan saya sendiri tanpa paksaan dan tekanan dari pihak manapun, saya baru sadar ketika saya masuk ke dalam Modul-modul pembelajaran di CGP. Membaca paragraf-paragraf di modul-modul tersebut membuat saya terhenyak bahkan saya menangis karena haru, ternyata apa yang saya lakukan selama ini terhadap murid-murid saya adalah keliru, dan apa yang saya lakukan kepada murid murid saya ternyata menyakiti mereka. Sejenak saya berpikir, untuk mulai berubah dari diri saya sendiri , dan berubah di kelas saya.
Hal pertama yang saya lakukan tentulah mengubah mindset atau cara pandang saya terhadap bagaimana posisi kontrol guru di kelas. Dahulu saya sering bertindak otoriter di kelas saya, dengan belajar posisi kontrol guru saya paham bahwa murid mesti dikontrol dengan baik dan lewat pemahaman akan karakter murid, bukan menjadi Bos mereka atau teman mereka, tetapi orang yang dapat memahami dan menuntun mereka sesuai dengan kemampuannya. menuntun mereka untuk dapat bertanggung jawab dan mencari solusi akan permasalahan yang mungkin dihadapi oleh murid murid saya. Proses menuntun ini juga dibantu dengan adanya modul Coaching di dalam Modul CGP. bagaimana guru dapat berperan sebagai coach yang dapat membantu siswa di dalam memecahkan masalahnya sendiri tanpa campur tangan dari coach.
Hal kedua yang saya lakukan adalah merubah kelas saya, awal kegiatan daring yang saya lakukan di kelas saya, sekolah saya menuai berbagai macam permasalahan, mulai dari kepemilikan HP/Gadget, sinyal yang buruk, ketersediaan kuota, serta problem orang tua yang di PHK dari tempat kerja yang tentunya berpengaruh terhadap psikologis dan belajar murid. Di kelas yang saya ampu masalah yang banyak muncul adalah ketidaktepatan di dalam mengumpulkan tugas tugas belajar. bahkan parahnya sudah UAS mereka masih belum merampungkan tugas tugasnya. sehingga hal ini membuat saya sebagai gurunya kelimpungan. Setelah belajar Modul Budaya Positif dan Kesepakatan Kelas, saya mencoba mengubah kelas saya yang dahulu hanya saya saja sebagai pembuat aturan maka kali ini di kelas, saya membuat kesepakatan kelas bersama dengan murid murid saya. Saya mencoba menggali apa yang mereka inginkan, memetakan hal hal yang penting yang mesti kita patuhi dan lakukan ketika proses pembelajaran daring. Hasilnya, wowwww....pergerakan menuju kurva yang lebih tinggi membuat saya tersenyum.Walau belum mencapai target maksimal namun perubahan itu sudah ada. Tanggung jawab moral kepada apa yang sudah mereka cetuskan sendiri membuat murid murid saya berusaha lebih giat lagi untuk dapat merampungkan tugas-tugas tepat waktu.
Hal ketiga yang saya lakukan di kelas saya dan paling membuat saya terkesan adalah memasukkan pembelajaran berdiferensiasi dan KSE ke dalam proses pembelajaran saya di kelas. saya sadar bahwa sangat penting untuk mengetahui profil dan kondisi awal murid murid kita di awal pembelajarannya. merubah apa yang saya sampaikan pada materi pembelajaran agar sesuai dengan apa yang mereka minati. membuat tugas tugas proyek agar dikerjakan sesuai dengan keinginan mereka namun tidak keluar dari tujuan pembelajaran yang diharapakan. Saya mulai memberi kebebasan pada murid-murid saya untuk mengespresikan diri. tugas proyekpun memanen hasil yang luar biasa. Anak anak mengumpulkan tugas yang bervariasi, dari video, portofolio sesuai dengan gaya belajar dan keinginan mereka. Ditambah dengan masuknya Kompetensi sosial emosional dalam proses pembelajaran yang diharapkan dapat menurunkan tingkat stres pada diri murid muris saya, menjadikan kelas saya menjadi kelas yang berkelas. kelas yang bermartabat, yang menghargai kesepakatan bersama yang dibuat juga dengan kebersamaan. Kelas impian karena dengan variasi hasil kerja tugas murid menandakan penghargaan bagi setiap minat dan bakat murid saya, dan menghargai bahwa setiap anak adalah unik. Doa saya adalah agar pandemi ini segera berakhir, betapa rindu Guru ini untuk menggenggam kembali tangan tangan murid-muridnya, menuntun mereka dalam keberadaan yang sejati. Kelas impian rindu akan tawa tawa riuh, canda canda nakal dan celoteh celoteh dari rasa ingin tahu untuk menguak pengetahuan guru.
Salam Guru Penggerak
Salam Perubahan
Komentar
Posting Komentar